Ilmuwan baru-baru ini mengungkapkan simulasi dampak asteroid Bennu yang berpotensi menghantam Bumi pada tahun 2182, atau 157 tahun dari sekarang. Meskipun peluang tabrakan hanya 0,04 persen, para peneliti tetap menganggap penting untuk memahami konsekuensi yang dapat terjadi jika skenario terburuk terjadi.
Ancaman dari Luar Angkasa
Bumi telah lama tidak mengalami tabrakan dengan asteroid besar, namun bukan berarti ancaman tersebut tidak ada. Luar angkasa dipenuhi oleh bebatuan yang meluncur dengan kecepatan tinggi, sebagian besar hancur di atmosfer sebelum mencapai permukaan. Namun, asteroid Bennu, dengan ukuran sekitar 500 meter, memiliki potensi untuk menembus atmosfer dan menghantam Bumi.
Simulasi Dampak Tabrakan
Untuk memahami dampak yang mungkin terjadi, ilmuwan iklim dari Korea Selatan menggunakan superkomputer Aleph di Institute for Basic Science (IBS) Center for Climate Physics. Hasil penelitian mereka yang dipublikasikan dalam jurnal Science Advances menunjukkan bahwa tumbukan asteroid ini akan melepaskan 100 hingga 400 juta ton debu ke atmosfer, yang dapat memicu gangguan besar terhadap iklim global.
“Dalam simulasi kami, suhu rata-rata global diproyeksikan turun sebesar 4 derajat Celcius, dan curah hujan global berkurang sekitar 15 persen,” ungkap Lan Dai dan Axel Timmermann, peneliti utama dalam studi ini.
Selain itu, penipisan lapisan ozon sebesar 32 persen dapat terjadi, yang berpotensi merusak ekosistem darat dan laut.
“Dampak musim dingin yang tiba-tiba akan menyebabkan kondisi iklim yang tidak menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman, mengakibatkan penurunan fotosintesis sebesar 20 hingga 30 persen,” tambah Dai. Hal ini dapat berdampak besar terhadap ketahanan pangan global.
Gangguan Terhadap Ekosistem
Selain menurunkan suhu dan curah hujan, dampak terbesar dari tabrakan asteroid ini adalah perubahan ekosistem secara drastis. Tumbuhan darat kemungkinan besar akan kesulitan untuk bertahan dalam kondisi iklim yang ekstrem. Namun, penelitian menunjukkan bahwa alga laut, terutama diatom, justru dapat berkembang lebih cepat akibat tingginya kandungan zat besi dalam debu asteroid dan material dari Bumi yang terlempar saat terjadi benturan. Peningkatan populasi alga ini dapat mempengaruhi rantai makanan laut, yang pada akhirnya juga berdampak pada kehidupan manusia.
Seberapa Besar Ancaman Ini?
Meskipun dampaknya berpotensi besar, para ilmuwan menegaskan bahwa kemungkinan tabrakan asteroid sebesar Bennu dengan Bumi sangatlah kecil.
“Asteroid berukuran sedang rata-rata menghantam Bumi setiap 100 hingga 200 ribu tahun sekali,” jelas Timmermann.
Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan besar umat manusia tidak akan menghadapi bencana dari asteroid ini dalam waktu dekat.
Namun, sejarah menunjukkan bahwa tabrakan asteroid pernah terjadi dan membawa dampak besar terhadap evolusi kehidupan di Bumi.
“Nenek moyang manusia purba mungkin telah mengalami beberapa peristiwa tumbukan besar yang berdampak pada evolusi kita,” tambahnya.
Kesimpulan
Asteroid Bennu memang berpotensi menabrak Bumi, tetapi peluangnya sangat kecil. Meski demikian, simulasi dampak yang dilakukan ilmuwan memberikan wawasan berharga tentang bagaimana Bumi dapat bereaksi terhadap tabrakan besar dan bagaimana manusia dapat mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan bencana serupa di masa depan. Dengan pemahaman yang lebih baik, langkah-langkah mitigasi dan teknologi pertahanan planet dapat terus dikembangkan untuk melindungi kehidupan di Bumi.