Drone mata-mata terbaru bernama PHASA-35 sukses menjalani uji terbang di stratosfer Bumi. Pesawat nirawak berdesain super ramping ini menunjukkan kemampuan luar biasa dengan potensi mengudara selama beberapa bulan, bahkan hingga satu tahun penuh, menurut pengembangnya, BAE Systems.
Drone berjenis High Altitude Pseudo-Satellite (HAPS) Unmanned Aerial System (UAS) ini menggunakan tenaga surya sebagai sumber energi utama. Dalam uji terbang terbarunya, PHASA-35 diluncurkan dari Spaceport America, New Mexico, pada waktu yang dirahasiakan akhir tahun 2024. Drone ini terbang selama 24 jam penuh, mencapai ketinggian lebih dari 66.000 kaki, sambil membawa muatan yang dua kali lebih berat dibanding penerbangan sebelumnya.
Desain Futuristik dan Ramah Lingkungan
Dengan lebar sayap mencapai 35 meter, PHASA-35 memiliki struktur badan yang ramping sehingga tidak memungkinkan untuk membawa manusia. Sebagai gantinya, drone ini dikendalikan oleh operator melalui sistem autopilot jarak jauh. Bobotnya yang ringan dan tenaganya yang mandiri membuat PHASA-35 sangat ideal untuk misi jangka panjang di ketinggian.
Mesin PHASA-35 menggunakan generator tenaga surya yang dilengkapi kapasitas penyimpanan internal. Dengan sistem energi terbarukan ini, drone mampu terus beroperasi tanpa perlu pengisian bahan bakar, menjadikannya pilihan lebih ekonomis dibandingkan teknologi satelit konvensional.
“PHASA-35 mampu beroperasi di wilayah tertentu selama berbulan-bulan, melampaui batas teknologi penerbangan saat ini,” ungkap BAE Systems melalui situs resminya.
Potensi untuk Pecahkan Rekor Dunia
Keberhasilan uji terbang PHASA-35 membuka peluang besar untuk memecahkan rekor dunia penerbangan terlama. Rekor saat ini dipegang oleh Robert Timm dan John Cook, yang terbang dengan pesawat bermesin konvensional selama hampir 65 hari pada 1958-1959.
Pada tahun 2022, drone bertenaga surya bernama Zephyr sempat mendekati rekor tersebut dengan terbang selama 64 hari, 18 jam, dan 26 menit, namun jatuh sebelum berhasil mencatatkan waktu lebih lama. PHASA-35, dengan desain dan teknologi mutakhirnya, diprediksi mampu melampaui rekor tersebut dengan waktu operasi yang jauh lebih panjang.
Penggunaan Militer dan Komersial
BAE Systems menjelaskan bahwa PHASA-35 dirancang untuk berbagai keperluan, termasuk intelijen, pengawasan, dan pengintaian dengan daya tahan sangat lama. Drone ini juga dapat berfungsi sebagai alternatif satelit untuk mendukung jaringan komunikasi, seperti layanan 5G, serta misi kemanusiaan, seperti bantuan bencana dan perlindungan perbatasan.
“UAS ini menawarkan solusi dengan biaya jauh lebih murah dibandingkan peluncuran satelit tradisional. Dengan keunggulan tanpa perlu pengisian bahan bakar, PHASA-35 siap menjadi tulang punggung operasi di area tertentu selama berbulan-bulan,” tambah BAE.
Inovasi Masa Depan Teknologi Penerbangan
Selain misi militer dan komersial, PHASA-35 juga membuka kemungkinan baru dalam eksplorasi teknologi penerbangan. Kemampuannya untuk tetap mengudara dalam waktu sangat lama memberikan potensi besar untuk memanfaatkan stratosfer sebagai wilayah operasional yang strategis.
Dengan kesuksesan uji terbang ini, PHASA-35 tidak hanya membuktikan keunggulannya sebagai teknologi pesawat nirawak, tetapi juga membawa harapan baru untuk mengatasi tantangan teknologi penerbangan masa depan.
PHASA-35 kini berada di jalur untuk mengubah cara dunia memanfaatkan teknologi drone dan sistem tenaga surya, baik dalam misi keamanan, komunikasi, maupun bantuan kemanusiaan. (***)