Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
BeritaKeuangan

Inflasi 2024 Tercatat Terendah Sepanjang Sejarah Indonesia

23
×

Inflasi 2024 Tercatat Terendah Sepanjang Sejarah Indonesia

Sebarkan artikel ini
Inflasi 2024 Tercatat Terendah Sepanjang Sejarah Indonesia
#image_title

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menyoroti pencapaian tingkat inflasi kalender (year-to-date/ytd) 2024 sebesar 1,57 persen yang dinyatakan Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai inflasi terendah sepanjang sejarah Indonesia. Angka tersebut masih berada dalam target pemerintah, yakni pada rentang 1,5 hingga 3,5 persen.

Sekretaris Kemenko Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso, menyatakan bahwa pencapaian ini menunjukkan bahwa kondisi inflasi tetap terkendali, meskipun terdapat tantangan pada komponen harga bergejolak.

“Angka inflasi 1,57 persen ini cukup baik. Dari indikator makro, inflasi dapat dikatakan terkendali, meskipun kemarin sempat ada tekanan pada sektor volatile food,” ujar Susiwijono kepada wartawan di Jakarta, Jumat (3/1).

Selain itu, Susiwijono juga menyoroti pemulihan sektor manufaktur yang mencatatkan Purchasing Managers’ Index (PMI) pada level ekspansif sebesar 51,2, setelah sebelumnya mengalami kontraksi selama lima bulan berturut-turut.

“Manufaktur memberikan kontribusi signifikan terhadap PDB, sekitar 18 hingga 19 persen. Dengan indikator makro yang cukup positif ini, kami optimistis memasuki 2025,” tegasnya.

Inflasi 2024 Tercatat Sebagai yang Terendah Sejak 1958

Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menjelaskan bahwa inflasi tahun 2024 mencatatkan sejarah baru sebagai yang terendah sejak penghitungan inflasi pertama kali dilakukan pada 1958. Perhitungan inflasi yang awalnya hanya mencakup wilayah Jakarta kini telah melibatkan 150 kota di 38 provinsi.

“Inflasi 2024 menjadi yang terendah, bahkan lebih rendah dari inflasi 2020 yang saat itu sebesar 1,68 persen,” ungkap Pudji.

Ia menjelaskan, penyumbang inflasi terbesar pada Desember 2024 berasal dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan inflasi 1,33 persen yang menyumbang 0,38 persen terhadap total inflasi.

Komponen Inflasi Desember: Makanan hingga Komponen Inti

Berdasarkan data BPS, inflasi pada komponen harga yang diatur pemerintah mencapai 0,33 persen, namun tidak memberikan kontribusi signifikan terhadap inflasi total. Di sisi lain, komponen harga bergejolak mengalami inflasi sebesar 2,04 persen dengan andil deflasi sebesar 0,33 persen.

Komoditas penyumbang terbesar dari harga bergejolak meliputi telur ayam ras, cabai merah, cabai rawit, bawang merah, dan bawang putih. Sementara itu, komponen inti mencatat inflasi sebesar 0,17 persen dengan andil inflasi 0,11 persen, yang didominasi oleh minyak goreng, emas perhiasan, dan kopi bubuk.

Tantangan dan Prospek Ekonomi

Pemerintah tetap optimistis bahwa kondisi inflasi yang terkendali ini akan mendorong stabilitas ekonomi dan mendukung pertumbuhan ekonomi di tahun mendatang. “Dengan indikator makro yang positif, kami yakin momentum ini akan terus terjaga,” tutup Susiwijono.

Meski demikian, pemerintah tetap mengantisipasi tekanan dari sektor harga bergejolak dan mengupayakan pengendalian inflasi melalui koordinasi lintas sektor, khususnya pada sektor pangan yang menjadi penyumbang utama inflasi bulanan. (***)