Raksasa media sosial Meta mencatat lonjakan laba bersih sebesar 59% sepanjang 2024, sekaligus mengumumkan rencana ambisius untuk memperluas infrastruktur kecerdasan buatan (AI) di tahun mendatang.
Lonjakan Laba dan Pendapatan
Meta—induk dari Facebook, Instagram, dan WhatsApp—melaporkan laba bersih mencapai USD 62,36 miliar (sekitar Rp986 triliun), dengan laba kuartal keempat naik 49% menjadi USD 20,84 miliar (sekitar Rp329 triliun). Pendapatan tahunan perusahaan tumbuh 22% menjadi USD 164,5 miliar (sekitar Rp2.602 triliun), didorong oleh kenaikan harga iklan sebesar 10% serta peningkatan impresi iklan sebesar 11% di seluruh platformnya.
CEO Meta, Mark Zuckerberg, menyatakan optimismenya terhadap masa depan AI dan inovasi lainnya.
“Kami terus membuat kemajuan dalam AI, kacamata pintar, dan masa depan media sosial,” ujarnya. Ia menegaskan bahwa 2025 akan menjadi tahun ekspansi besar-besaran untuk inisiatif tersebut.
AI, Moderasi Konten, dan Dampak Politik
Kesuksesan Meta terjadi di tengah perubahan kebijakan besar dalam moderasi kontennya. Perusahaan mengakhiri program fact-checking di AS setelah mendapat tekanan dari kelompok konservatif yang menganggapnya sebagai bentuk sensor. Selain itu, Meta juga mengurangi inisiatif keberagaman dan melonggarkan aturan moderasi terkait ujaran tertentu.
Meski langkah ini memicu kekhawatiran dari pengiklan besar, jumlah pengguna Meta tetap tumbuh. Pengguna aktif harian meningkat 5% menjadi 3,35 miliar pada Desember 2024.
Zuckerberg juga menyoroti peran pemerintahan AS dalam mendukung industri teknologi.
“Kita kini memiliki pemerintahan yang mendukung perusahaan teknologi unggulan dan membela kepentingan kita di luar negeri,” katanya, merujuk pada kepemimpinan Presiden Donald Trump.
Investasi Besar-Besaran di AI
Meta mengalokasikan belanja modal sebesar USD 60-65 miliar (sekitar Rp949-1.029 triliun) di 2025, dengan fokus utama pada pengembangan AI dan infrastruktur teknologi. Total pengeluaran perusahaan diperkirakan mencapai USD 114-119 miliar (sekitar Rp1.803-1.882 triliun).
“Saya yakin 2025 akan menjadi tahun di mana asisten AI cerdas dan personal menjangkau lebih dari 1 miliar orang, dan saya berharap Meta AI akan menjadi pemimpin di bidang ini,” kata Zuckerberg.
Sejalan dengan ekspansi AI, Meta menambah 10% tenaga kerja menjadi 74.067 karyawan sepanjang 2024. Namun, perusahaan juga melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 3.600 karyawan (5% dari total tenaga kerja) yang dianggap berkinerja rendah, untuk memberi ruang bagi talenta baru yang lebih sesuai dengan visi perusahaan.
Persaingan Ketat di Industri AI
Di tengah dominasi Meta, persaingan di industri AI semakin ketat. Startup AI asal China, DeepSeek, disebut menawarkan model AI lebih murah dan efisien, mendorong Meta membentuk “war room” khusus untuk menganalisis dan mengadaptasi inovasi tersebut dalam pengembangan model Llama AI miliknya.
Meta memproyeksikan pendapatan kuartal pertama 2025 mencapai USD 39,5-41,8 miliar (sekitar Rp625-662 triliun), tumbuh 8-15% dibandingkan tahun sebelumnya. Dengan strategi agresif dalam AI dan restrukturisasi karyawan, Meta berupaya mempertahankan dominasinya di industri teknologi global. (***)