Indonesia menjadi sasaran kebijakan tarif dagang Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Negeri Paman Sam menerapkan tarif impor sebesar 32% terhadap barang asal Indonesia yang masuk ke pasar AS.
Indonesia Kena Tarif Impor Trump 32% dari AS, Ekspor Tetap Tumbuh!

Kebijakan ini diklaim sebagai bentuk balasan dari AS karena Indonesia juga mengenakan tarif terhadap barang-barang asal AS. Selain itu, surplus perdagangan Indonesia terhadap AS yang tinggi turut menjadi alasan penerapan tarif tersebut.
Ekspor Indonesia ke AS Tetap Naik
Meski terkena tarif tinggi, ekspor nonmigas Indonesia ke AS justru tetap tumbuh. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor nonmigas Indonesia ke AS pada Februari 2025 mencapai 2,34 miliar dolar AS. Angka ini naik 11,71% secara year on year (yoy) dibanding Februari 2024 yang hanya 2,1 miliar dolar AS.
Jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya (Januari 2025), ekspor ke AS juga mengalami kenaikan sebesar 0,74% month to month (mtm) dari 2,32 miliar dolar AS.
Secara kumulatif, total ekspor nonmigas Indonesia ke AS selama Januari-Februari 2025 mencapai 4,6 miliar dolar AS, meningkat dari periode yang sama tahun 2024 yang hanya 4,09 miliar dolar AS.
Produk Ekspor Andalan Indonesia ke AS
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan (Kemendag), ada 10 produk ekspor Indonesia yang paling diminati di pasar AS. Berikut daftar produk dengan nilai ekspor tertinggi:
- Mesin dan perlengkapan elektrik – 4.181,6 juta dolar AS
- Pakaian rajutan dan aksesoris – 2.483,6 juta dolar AS
- Alas kaki – 2.393,8 juta dolar AS
- Pakaian dan aksesori (bukan rajutan) – 2.122,8 juta dolar AS
- Lemak dan minyak hewan/nabati – 1.784,1 juta dolar AS
- Karet dan barang dari karet – 1.685 juta dolar AS
- Perabotan dan alat penerangan – 1.432,9 juta dolar AS
- Ikan dan udang – 1.097,8 juta dolar AS
- Mesin dan peralatan mekanis – 1.017,1 juta dolar AS
- Produk olahan daging dan ikan – 788,3 juta dolar AS
Peningkatan ekspor ini menunjukkan bahwa meskipun menghadapi hambatan tarif yang tinggi, produk-produk Indonesia tetap memiliki daya saing kuat di pasar AS.
Dampak Tarif 32% bagi Indonesia
Kenaikan tarif impor AS bisa membawa dampak beragam bagi perekonomian Indonesia. Ekonom Universitas Indonesia, Dr. Budi Santoso, menilai bahwa meskipun ekspor masih tumbuh, tarif yang lebih tinggi bisa membuat produk Indonesia kurang kompetitif di masa depan.
“Dalam jangka pendek, eksportir mungkin masih bisa menahan dampaknya. Namun, jika kebijakan ini berlangsung lama, daya saing produk Indonesia bisa menurun,” ujar Budi.
Sementara itu, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyebutkan bahwa pengusaha harus mulai mencari pasar alternatif agar tidak terlalu bergantung pada AS.
“Diversifikasi pasar adalah langkah bijak. Asia, Eropa, dan Timur Tengah bisa menjadi alternatif bagi produk-produk ekspor kita,” kata Ketua Apindo, Hariyadi Sukamdani.
Langkah Strategis Pemerintah
Pemerintah Indonesia tidak tinggal diam menghadapi kebijakan tarif ini. Kementerian Perdagangan berencana melakukan negosiasi dengan AS untuk mencari solusi terbaik.
“Kami terus berkomunikasi dengan mitra dagang di AS agar ada kesepakatan yang lebih adil bagi kedua negara,” ujar Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan.
Selain itu, Indonesia juga mempercepat implementasi perjanjian perdagangan bebas (FTA) dengan negara lain untuk memperluas pasar ekspor.
Meski menghadapi tarif impor tinggi dari AS, ekspor Indonesia justru tetap tumbuh. Produk-produk seperti mesin listrik, pakaian, alas kaki, dan produk makanan masih menjadi favorit di pasar AS. Namun, pemerintah dan pelaku usaha harus tetap waspada terhadap dampak jangka panjang serta mencari strategi untuk menjaga daya saing Indonesia di kancah global. (***)
Bagaimana menurut Anda? Apakah tarif 32% ini akan berdampak besar bagi ekonomi Indonesia?