RUSDIMEDIA – Kesehatan Paus Fransiskus mengalami penurunan dalam 24 jam terakhir, menurut pernyataan resmi dari Vatikan. Lebih dari seminggu setelah dirawat di rumah sakit akibat kesulitan bernapas, kondisi pemimpin Gereja Katolik itu masih dalam tahap kritis.
Kesehatan Paus Fransiskus Memburuk, Vatikan: “Kondisi Masih Kritis”

Dokter yang merawat Paus Fransiskus harus memberikan oksigen dalam aliran tinggi guna mengatasi krisis pernapasan yang dialaminya. Selain itu, Paus juga menerima transfusi darah karena hasil tes menunjukkan jumlah trombosit yang rendah, kondisi yang berkaitan dengan anemia.
“Bapa Suci tetap waspada dan menghabiskan hari di kursi, meskipun kondisinya lebih buruk daripada kemarin. Saat ini, prognosisnya masih belum jelas,” demikian pernyataan resmi Vatikan yang dikutip dari DW.
Artikel Terkait:

Ribuan Peziarah Penuhi Basilika untuk Menghormati Paus Fransiskus
Paus Absen dari Doa Angelus
Dalam pernyataan lebih lanjut, Vatikan menegaskan bahwa kondisi Paus masih berada dalam tahap kritis. “Paus belum sepenuhnya aman,” tulis pernyataan itu. Sebagai langkah pencegahan, Vatikan mengumumkan bahwa Paus Fransiskus tidak akan tampil di hadapan publik pada hari Minggu untuk memimpin doa Angelus bersama para peziarah di Lapangan Santo Petrus.
Sebelumnya, pada Jumat pekan lalu, Paus dilarikan ke rumah sakit di Roma akibat pneumonia dan infeksi paru-paru yang kompleks. Pneumonia ganda yang dideritanya dapat menyebabkan peradangan serta jaringan parut pada kedua paru-paru, sehingga semakin mempersulit pernapasan.
Menurut tim medis, infeksi yang dialami Paus tergolong “kompleks” karena disebabkan oleh dua atau lebih mikroorganisme yang menyerang sistem pernapasannya.
Riwayat Kesehatan Paus Fransiskus
Paus Fransiskus, yang telah memimpin Gereja Katolik sejak 2013, memiliki riwayat kesehatan yang cukup panjang. Dalam beberapa tahun terakhir, ia telah menjalani operasi usus besar serta operasi hernia. Selain itu, ia juga mengalami nyeri kronis pada pinggul dan lutut, yang mengharuskannya menggunakan kursi roda dalam sebagian besar aktivitasnya.
Penyakit yang dideritanya saat ini menimbulkan kekhawatiran mengenai kemampuannya untuk terus memimpin sekitar 1,4 miliar umat Katolik di dunia. Sejumlah spekulasi pun muncul mengenai siapa yang mungkin akan menggantikannya jika kesehatannya semakin memburuk.
Menteri Luar Negeri Vatikan, Pietro Parolin, dalam wawancaranya dengan harian Italia Corriere della Sera, mengakui bahwa diskusi mengenai suksesi kepemimpinan adalah hal yang wajar. Namun, ia menegaskan bahwa dirinya tidak akan terlibat dalam spekulasi tersebut.
Sebelum jatuh sakit, Paus Fransiskus tetap menjalani jadwal kerja yang padat, termasuk melakukan perjalanan selama 12 hari ke kawasan Asia-Pasifik pada bulan September lalu. Saat ini, seluruh dunia menantikan perkembangan kondisi kesehatan Paus Fransiskus di tengah situasi yang masih penuh ketidakpastian. (***)