Pertanyaan “siapa yang menciptakan Allah” memang sering kali muncul, terutama dari anak-anak atau mereka yang baru belajar agama. Pertanyaan ini terlihat sederhana, tapi di baliknya ada keingintahuan besar tentang eksistensi Tuhan. Lalu, apakah benar Allah diciptakan? Dan jika tidak, bagaimana kita menjelaskan hal ini secara logis dan menyentuh hati? Mari kita bahas dengan cara yang masuk akal dan mudah dimengerti.
Siapa yang Menciptakan Allah? Ini Penjelasan Lengkapnya

Memahami Konsep Ketuhanan Menurut Islam
Dalam Islam, Allah adalah Zat yang Maha Pencipta, bukan makhluk yang diciptakan. Dalam Surah Al-Ikhlas ayat 3 disebutkan:
“Lam yalid wa lam yūlad” — Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan.
Ayat ini sudah menjawab secara eksplisit bahwa Allah tidak memiliki awal dan tidak pula memiliki pencipta. Konsep ini penting dipahami agar kita tidak terjebak pada logika manusia yang terbatas.
Logika Manusia vs Hakikat Ketuhanan
Pertanyaan seperti “siapa yang menciptakan Allah” muncul karena kita terbiasa melihat segala sesuatu punya awal dan akhir. Kita melihat manusia lahir, tumbuh, lalu meninggal. Benda dibuat dan akhirnya rusak. Maka, kita pun cenderung berpikir bahwa Tuhan pun pasti ada yang menciptakan. Namun, di sinilah letak perbedaannya.
Menurut Ustaz Adi Hidayat, seorang dai dan cendekiawan Muslim,
“Jika Allah diciptakan, maka Dia bukan Tuhan. Karena Tuhan sejatinya adalah yang menciptakan, bukan yang diciptakan.”
Logika ini penting dipahami agar kita tidak terjebak dalam pertanyaan tanpa ujung. Tuhan, dalam hal ini Allah, berada di luar ruang dan waktu. Dia tidak terikat oleh dimensi seperti kita.
Pandangan Para Ulama Tentang Siapa yang Menciptakan Allah
Imam Abu Hanifah pernah mendapat pertanyaan yang sama dari seorang ateis. Beliau lalu menjawab dengan analogi sederhana:
“Bagaimana jika saya katakan ada kapal yang berjalan sendiri di tengah lautan, tanpa nahkoda dan awak, tapi mampu sampai ke tujuannya dengan selamat? Apakah kamu percaya?”
Ateis itu menjawab, “Tentu tidak masuk akal.”
Imam Abu Hanifah lalu berkata, “Jika kamu tidak percaya sebuah kapal bisa berjalan sendiri tanpa ada yang mengatur, bagaimana bisa kamu percaya alam semesta ini terjadi begitu saja tanpa Sang Pencipta?”
Bukti Eksistensi Allah dari Alam dan Akal
Kalau kita jujur berpikir, segala sesuatu di alam ini punya keteraturan yang luar biasa. Matahari terbit di waktu yang sama, air hujan turun dengan sistem, tubuh manusia berfungsi dengan sangat kompleks. Semua ini tidak mungkin terjadi secara kebetulan.
Menurut Harun Yahya, penulis dan pemikir Muslim Turki,
“Jika kamu melihat sebuah lukisan indah, kamu pasti tahu ada pelukis di baliknya. Maka, ketika kamu melihat alam semesta, bagaimana mungkin kamu tidak mengakui ada Penciptanya?”
Ini adalah pendekatan yang tidak sekadar rasional, tapi juga emosional. Allah ada karena segala ciptaan menunjukkan kehadiran-Nya.
Pertanyaan yang Salah Akan Menghasilkan Jawaban yang Salah
Dalam diskusi teologi, para ulama sepakat bahwa pertanyaan seperti “siapa yang menciptakan Allah” adalah pertanyaan yang tidak valid. Kenapa?
Karena sejak awal, pertanyaan ini mengasumsikan bahwa Allah diciptakan. Padahal, sifat dasar Tuhan adalah tidak diciptakan.
Analogi sederhananya begini:
Bayangkan kamu bertanya, “Warna apa rasa manis itu?” Pertanyaan ini tidak akan bisa dijawab karena kamu mencampuradukkan dua kategori berbeda: rasa dan warna. Sama seperti kamu bertanya tentang pencipta Allah, kamu mencampuradukkan kategori makhluk dan Khalik.
Cara Menjawab Anak-anak yang Bertanya
Kalau anak kecil bertanya, “Siapa yang menciptakan Allah?”, jangan buru-buru memarahinya. Mereka bertanya karena penasaran, bukan karena menantang.
Gunakan bahasa sederhana. Misalnya:
“Allah itu yang menciptakan segalanya, Nak. Dia sudah ada dari dulu, jauh sebelum kita lahir. Nggak ada yang menciptakan Allah karena Dia sendiri yang menciptakan semua.”
Jawaban seperti ini akan membuat anak merasa dihargai, dan membuka ruang diskusi yang sehat.
Jawaban Filosofis untuk Kalangan Intelektual
Bagi mereka yang berpikir kritis atau datang dari latar belakang filsafat, jawaban harus lebih dalam. Misalnya menggunakan argumen kosmologis:
- Segala sesuatu yang memiliki awal pasti memiliki penyebab.
- Alam semesta memiliki awal (big bang, misalnya).
- Maka, ada sesuatu di luar alam semesta yang menjadi penyebabnya.
- Penyebab ini harus bersifat abadi, tidak tergantung, dan tidak diciptakan — yaitu Allah.
Bukti dari Al-Qur’an dan Sains
Islam tidak anti terhadap sains. Justru, banyak ayat Al-Qur’an yang memerintahkan manusia untuk berpikir. Dalam Surah Al-Ghasyiyah ayat 17-20 disebutkan:
“Maka tidakkah mereka memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan? Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung, bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi, bagaimana ia dihamparkan?”
Ayat ini mengajak manusia merenungi alam. Sains modern pun membuktikan bahwa alam semesta punya sistem yang kompleks dan saling terkait, tidak mungkin tanpa desain.
Kesimpulan: Allah Tidak Diciptakan
Jadi, siapa yang menciptakan Allah? Jawabannya: tidak ada. Karena Allah bukan makhluk, Dia adalah Sang Pencipta segalanya. Ini adalah pondasi iman dalam Islam dan menjadi dasar dari segala ibadah kita.
Memahami hal ini tidak hanya menjawab rasa penasaran, tapi juga memperkuat keyakinan kita. Karena semakin kita tahu, semakin dalam kita mencintai-Nya.