Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Ulil Abshar Abdalla, menyampaikan pandangannya terkait isu lingkungan yang menurutnya harus disikapi dengan pendekatan rasional. Ia menilai kepedulian berlebihan terhadap lingkungan justru dapat membawa dampak negatif bagi masyarakat luas.
Ulil Abshar: Kepedulian Lingkungan yang Terlalu Ekstrem Bisa Berdampak Negatif

Dalam pernyataan yang dikutip Minggu (15/6), Ulil menyoroti adanya kecenderungan sejumlah pihak dalam gerakan lingkungan hidup yang, menurutnya, menebar ketakutan secara berlebihan. Ia mengajak publik untuk mempertimbangkan pendekatan yang lebih seimbang dalam menyikapi persoalan lingkungan.
“Ada satu mazhab aktivisme lingkungan yang mengedepankan pendekatan rasional atau reasonable environmentalism. Artinya, setuju isu lingkungan itu penting, tetapi juga harus dilihat dampaknya terhadap masyarakat,” ujar Gus Ulil, sapaan akrabnya.
Sebagai contoh, Ulil mengungkapkan fenomena di sejumlah negara Eropa, seperti Jerman dan Inggris, yang menurutnya mengalami lonjakan harga listrik karena transisi energi yang terlalu terburu-buru ke sumber non-fosil.
“Sekarang ini, harga listrik di Jerman dan Inggris naik berlipat-lipat karena mereka melakukan transisi yang buru-buru ke energi non-fosil,” ujarnya.
Menurutnya, transisi energi yang ekstrem tanpa mempertimbangkan kesiapan infrastruktur dan sosial-ekonomi masyarakat bisa menimbulkan beban baru. Oleh karena itu, menurut dia, isu lingkungan harus dilihat dari berbagai sisi, bukan hanya dari semangat konservasi semata.
Ulil juga menyinggung tentang sikap menolak pertambangan secara menyeluruh yang dinilainya tidak adil. Ia menyatakan bahwa aktivitas pertambangan, jika dilakukan secara bertanggung jawab, tetap memiliki manfaat ekonomi dan sosial yang signifikan.
“Menjaga lingkungan itu juga maslahat. Tetapi ada dampak negatifnya kalau menjaga lingkungan dilakukan secara ekstrem, seperti tidak membolehkan sama sekali kegiatan mining, itu menurut saya tidak fair,” tegasnya.
Pernyataan Ulil Abshar menambah warna dalam diskursus nasional soal keberlanjutan dan keadilan lingkungan. Ia menekankan perlunya keseimbangan antara perlindungan lingkungan dan kebutuhan pembangunan, sembari mengingatkan bahwa aktivisme harus berbasis pada pendekatan rasional, bukan ketakutan. (***)