Laporan terbaru dari Foresight Ventures, perusahaan modal ventura yang berfokus pada kripto, mengungkapkan bahwa Asia mendominasi pasar kripto global, menyumbang 60 persen pengguna dan kontribusi terbesar terhadap likuiditas global. Data ini semakin mengukuhkan posisi kawasan ini sebagai pusat utama ekosistem aset digital dunia.
Asia Dominasi Pasar Kripto Global: Indonesia di Peringkat Ketiga

Asia Dominasi Pasar Kripto Global
Dilansir dari Yahoo Finance (11/1/2025), lima negara Asia masuk dalam Indeks Adopsi Kripto Global 2024. India menduduki peringkat pertama, sementara Indonesia mengamankan posisi ketiga, diikuti oleh Vietnam (peringkat lima), Filipina (peringkat delapan), dan Pakistan (peringkat sembilan).
Indonesia: Pemain Kunci dalam Adopsi Kripto
Indonesia terus menunjukkan peran signifikan di pasar kripto global. Dengan nilai transaksi mata uang kripto mencapai USD 157,1 miliar antara Juli 2023 hingga Juni 2024, Indonesia memimpin kawasan Asia Tenggara.
“Indonesia telah menjadi pusat kekuatan regional dalam ekosistem kripto. Peringkat ketiga secara global menunjukkan tingginya kepercayaan masyarakat terhadap mata uang digital,” tulis laporan tersebut.
Persaingan Pusat Kripto di Asia: Singapura vs Hong Kong
Di sisi lain, persaingan untuk menjadi pusat kripto Asia semakin memanas antara Singapura dan Hong Kong. Regulasi progresif di Singapura telah menarik berbagai bursa besar seperti Gemini, OKX, dan Upbit untuk mendapatkan lisensi operasional pada 2024.
Laporan Aspen Digital juga mengungkapkan bahwa 94 persen investor kaya di Asia kini berinvestasi dalam Bitcoin dan aset kripto lainnya atau berencana melakukannya, mencerminkan perubahan signifikan dalam pola investasi elit kawasan ini.
Tiga Tren Kripto yang Mendominasi 2025
Inovasi terus mendorong perkembangan industri kripto. Para ahli memprediksi tiga tren utama yang akan mendominasi pasar tahun ini:
1. DeFi (Keuangan Terdesentralisasi)
Chief Compliance Officer Reku, Robby, menyoroti sektor DeFi sebagai pendorong utama adopsi blockchain di tahun 2024. Inovasi seperti Babylon Bitcoin staking dan identitas terdesentralisasi ENS dianggap menjadi daya tarik utama sektor ini.
“Produk seperti Perpetual DEX semakin mempopulerkan derivatif trading terdesentralisasi, menunjukkan potensi besar bagi pengguna yang sudah familiar dengan ekosistem blockchain,” ungkap Robby.
2. Token AI
Kripto berbasis AI juga menjadi perhatian utama. Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, menyebut proyek seperti ai16z dan Hyperliquid sebagai area investasi menjanjikan.
“Integrasi AI dengan blockchain menciptakan solusi inovatif untuk analisis data onchain yang lebih efisien,” jelasnya. Namun, ia menekankan pentingnya analisis risiko mengingat sifat sektor ini yang masih spekulatif.
3. Tokenisasi Real World Asset (RWA)
Tren lain yang akan mendominasi adalah tokenisasi aset dunia nyata. Fyqieh mencatat bahwa tokenisasi memberikan solusi bagi inefisiensi pasar keuangan tradisional, memungkinkan aset seperti properti, utang, dan ekuitas menjadi lebih likuid.
“Tokenisasi memudahkan akses ke pasar yang sebelumnya hanya tersedia untuk segelintir pihak,” tambah Fyqieh.
Prediksi menunjukkan pasar RWA dapat tumbuh 50 kali lipat hingga tahun 2030, mencapai nilai USD 10 triliun, didukung oleh transparansi dan efisiensi yang ditawarkan blockchain.
Kesimpulan: Asia dan Masa Depan Ekonomi Kripto
Dengan kontribusi besar dalam likuiditas global dan adopsi teknologi, Asia terus memimpin dalam lanskap kripto. Indonesia, sebagai salah satu pemain utama, berada di garis depan dalam membentuk masa depan aset digital.
Para ahli meyakini bahwa inovasi seperti DeFi, token AI, dan tokenisasi RWA akan memperkuat dominasi kawasan ini, sekaligus membawa peluang baru bagi investor dan pelaku pasar.