Demam berdarah adalah mimpi buruk bagi orang tua. Anak tiba-tiba panas tinggi, lemas, dan muncul bintik merah di kulit. Panik? Wajar! Tapi tenang dulu, ada langkah-langkah pertolongan pertama yang bisa kamu lakukan sebelum buru-buru ke dokter. Yuk, kita bahas!
Lakukan Ini! Pertolongan Pertama Demam Berdarah pada Anak

Apa Itu Demam Berdarah? Kenali Musuh Sebelum Bertindak!
Demam berdarah dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan lewat gigitan nyamuk Aedes aegypti. Virus ini bisa bikin kondisi anak memburuk dalam hitungan hari kalau tidak ditangani dengan tepat. Makanya, penting banget buat mengenali gejalanya sejak dini.
Gejala Demam Berdarah pada Anak: Jangan Sampai Terlewat!
Biasanya, gejala DBD muncul 4-10 hari setelah digigit nyamuk. Nah, ini tanda-tandanya:
- Demam tinggi mendadak (bisa mencapai 40°C!)
- Nyeri otot dan sendi (anak bakal rewel banget)
- Muncul bintik merah di kulit (tanda pendarahan kapiler)
- Mimisan atau gusi berdarah
- Mual dan muntah
- Lemas luar biasa
Kalau anak mengalami gejala di atas, jangan anggap remeh. Segera lakukan pertolongan pertama!
Pertolongan Pertama Demam Berdarah pada Anak
1. Turunkan Demam dengan Cara yang Tepat
Jangan langsung panik dan kasih sembarang obat. Ikuti langkah ini:
- Kompres air hangat di kening, ketiak, dan lipatan paha untuk membantu menurunkan suhu.
- Berikan parasetamol, jangan aspirin atau ibuprofen karena bisa meningkatkan risiko pendarahan.
- Pastikan anak cukup istirahat agar tubuhnya fokus melawan virus.
2. Jaga Asupan Cairan, Jangan Sampai Dehidrasi!
Demam tinggi bisa bikin anak kehilangan cairan dengan cepat. Cegah dehidrasi dengan cara ini:
- Beri air putih sebanyak mungkin
- Bisa juga dengan oralit untuk menggantikan elektrolit yang hilang
- Kaldu ayam atau jus buah segar juga membantu menambah energi
Menurut dr. Reza Fahlevi, Sp.A, “Anak dengan DBD berisiko mengalami dehidrasi berat. Oleh karena itu, asupan cairan adalah kunci utama dalam perawatan di rumah.”
3. Pantau Gejala dengan Seksama
DBD bisa berbahaya jika masuk fase kritis. Perhatikan tanda-tanda ini:
- Demam turun tiba-tiba tetapi anak makin lemas
- Tangan dan kaki dingin
- Denyut nadi melemah
- Anak sulit bernapas atau mengalami muntah terus-menerus
Kalau gejala ini muncul, segera larikan ke rumah sakit!
Mitos vs Fakta Tentang Demam Berdarah
Ada banyak mitos yang beredar soal DBD. Yuk, kita luruskan!
Mitos 1: Kalau demam sudah turun, berarti anak sembuh
Fakta: Justru saat demam turun, fase kritis bisa mulai. Tetap waspada dan perhatikan kondisinya!
Mitos 2: Minum jus jambu bisa menyembuhkan DBD
Fakta: Jus jambu memang bagus untuk menaikkan trombosit, tapi bukan obat utama. Perawatan medis tetap diperlukan.
Mitos 3: Nyamuk hanya menggigit di malam hari
Fakta: Nyamuk Aedes aegypti lebih aktif di pagi dan sore hari. Jadi, tetap lindungi anak sepanjang hari!
Pencegahan Demam Berdarah: Lebih Baik Mencegah daripada Mengobati!
Agar anak tidak terkena DBD, lakukan langkah pencegahan berikut:
1. Bersihkan Lingkungan Rumah
Nyamuk senang berkembang biak di genangan air. Jadi, lakukan 3M Plus:
- Menguras bak mandi secara rutin
- Menutup tempat penampungan air
- Mendaur ulang barang bekas yang bisa menampung air
2. Gunakan Kelambu atau Lotion Anti Nyamuk
Perlindungan ekstra bisa dilakukan dengan:
- Memasang kelambu di tempat tidur anak
- Menggunakan lotion atau semprotan anti nyamuk yang aman untuk anak
3. Vaksin Dengue: Perlindungan Tambahan
Saat ini, ada vaksin untuk mencegah demam berdarah. Menurut WHO, vaksin ini efektif mengurangi risiko DBD berat. Konsultasikan dengan dokter apakah anakmu bisa mendapatkannya!
Kapan Harus ke Dokter?
Kalau anak mengalami gejala berikut, jangan tunggu lama:
- Demam tinggi lebih dari 2 hari
- Tidak mau makan dan minum
- Muntah terus-menerus
- Kulit pucat dan dingin
- Sulit bernapas
Segera bawa ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut!
Kesimpulan: Jangan Panik, Bertindak Cepat!
Demam berdarah bukan penyakit sepele, tapi juga bukan akhir dunia. Dengan mengenali gejala, melakukan pertolongan pertama yang tepat, dan segera mencari bantuan medis saat diperlukan, kita bisa melindungi anak dari risiko yang lebih parah.
Jadi, tetap waspada, lakukan pencegahan, dan ingat: lebih baik mencegah daripada mengobati!