Setelah mengalami penurunan tajam di awal tahun, harga Bitcoin (BTC) mulai menunjukkan tanda-tanda stabilisasi. Pada hari Selasa (26/3), Bitcoin diperdagangkan di kisaran US$ 88.000, naik dari level terendahnya di US$ 77.000 yang terjadi dua minggu sebelumnya.
Bitcoin Stabil di US$ 88.000, Analis Masih Terpecah Soal Tren Selanjutnya

Namun, di tengah pemulihan ini, para analis masih berselisih pendapat: apakah Bitcoin akan terus naik atau kembali mengalami tekanan?
Kebijakan Trump Jadi Faktor Kunci
Melansir dari Decrypt, penurunan tajam Bitcoin sebelumnya bertepatan dengan pelantikan Presiden Amerika Serikat Donald Trump serta kebijakan perdagangannya yang dinilai tidak menentu.
Menurut Carlos Guzman, analis di perusahaan perdagangan aset digital GSR, pergerakan harga Bitcoin sangat bergantung pada keputusan Trump terkait tarif perdagangan.
“Pesan dari Gedung Putih tidak konsisten dan membingungkan. Ini membuat pasar menjadi lebih volatil dan sulit diprediksi,” ujar Guzman.
Di sisi lain, Tom Dunleavy, mitra di perusahaan modal ventura MV Global, berpendapat bahwa sentimen negatif di pasar kemungkinan sudah mencapai puncaknya.
“Saya rasa sekarang kita mulai memasuki fase pemulihan. Trump tampaknya akan mendapatkan beberapa hal yang ia inginkan, dan itu bisa meredakan ketegangan,” katanya.
Namun, ketidakpastian masih membayangi. Trump baru-baru ini menyatakan bahwa ia terbuka untuk menyesuaikan kebijakan tarif, tetapi hanya beberapa hari kemudian, ia mengancam akan menerapkan tarif baru pada negara-negara yang membeli minyak dari Venezuela.
Optimisme di Pasar Kripto
Meskipun ada kekhawatiran terkait kebijakan AS, beberapa indikator menunjukkan bahwa pasar kripto mulai stabil.
Analis Ed Engel dan Joe Flynn dari Compass Point mencatat bahwa investor jangka panjang telah berhenti menjual Bitcoin, dan minat terhadap ETF Bitcoin kembali meningkat. Selain itu, tingkat pendanaan untuk perdagangan berjangka tetap rendah, yang dianggap sebagai sinyal sehat bagi pasar.
“Kami memang memperkirakan akan ada hambatan di level US$ 93.000. Tapi secara keseluruhan, kami yakin bahwa Bitcoin masih berada dalam tren naik,” kata Engel.
Selain itu, kebijakan moneter dari The Federal Reserve (The Fed) juga turut menjadi perhatian. Pekan lalu, bank sentral AS memutuskan untuk tidak menaikkan suku bunga, dengan alasan bahwa dampak inflasi dari kebijakan tarif Trump kemungkinan hanya bersifat sementara.
Ketua The Fed, Jerome Powell, menegaskan bahwa pihaknya akan tetap berhati-hati dalam mengambil langkah ke depan, yang memberikan sedikit kelegaan bagi pasar keuangan termasuk aset kripto.
Arthur Hayes: Bitcoin Bisa Naik ke US$ 110.000
Optimisme juga datang dari salah satu tokoh besar di dunia kripto, Arthur Hayes, mantan CEO Bitmex. Sebulan lalu, Hayes sempat memperkirakan bahwa Bitcoin bisa jatuh ke “goblin town”—istilah untuk kejatuhan harga yang tajam. Namun, kini ia mulai mengubah pandangannya.
Dalam unggahannya di X pada hari Minggu, Hayes menyebut bahwa kemungkinan Bitcoin naik ke US$ 110.000 kini lebih besar dibanding turun ke US$ 76.500.
Dengan pasar yang mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan, investor masih perlu waspada terhadap volatilitas yang mungkin terjadi dalam beberapa bulan mendatang. Keputusan kebijakan dari Trump dan langkah The Fed akan tetap menjadi faktor utama yang menentukan arah Bitcoin selanjutnya. (***)