Maskapai nasional Garuda Indonesia tengah menjajaki pembicaraan awal dengan Danantara mengenai kemungkinan penyuntikan modal baru, menurut sumber yang mengetahui langsung proses tersebut. Langkah ini mencuat di tengah kondisi keuangan Garuda yang kembali tertekan setelah dua tahun sempat mencatatkan keuntungan pasca lonjakan perjalanan udara akibat meredanya pandemi Covid-19.
Garuda Indonesia Bahas Suntikan Modal dengan Danantara di Tengah Tekanan Keuangan

Sumber yang tidak bersedia disebutkan namanya menyebutkan bahwa diskusi antara Garuda dan Danantara masih berada pada tahap awal dan detail mengenai nilai suntikan modal masih terus dibahas. Hingga saat ini, baik pihak Garuda maupun Danantara belum memberikan pernyataan resmi menanggapi isu tersebut.
Garuda Indonesia, yang mayoritas sahamnya kini dimiliki oleh negara melalui Danantara, mengalami kerugian pada tahun fiskal terakhir. Salah satu penyebab utama kesulitan keuangan Garuda diduga adalah kebijakan pemerintah terkait batas atas harga tiket pesawat domestik, yang membatasi ruang gerak maskapai untuk meningkatkan pendapatan.
Situasi keuangan Garuda juga tercermin dari langkah perusahaan yang mengandangkan sekitar 15 armada pesawatnya akibat kendala pembayaran untuk perawatan (maintenance). Beberapa pemasok bahkan mulai meminta pembayaran di muka untuk pengadaan suku cadang maupun jasa teknis, menunjukkan menurunnya kepercayaan terhadap stabilitas keuangan maskapai pelat merah ini.
Garuda menunjuk Wamildan Tsani Panjaitan sebagai Direktur Utama baru pada November 2024. Ia dibebani misi berat: memperbaiki neraca keuangan perusahaan dan melanjutkan ekspansi jaringan penerbangan internasional Garuda.
Menurut data terakhir, pada Desember 2024, posisi keuangan Garuda mencatatkan utang sebesar lebih dari US$ 1,4 miliar di atas nilai asetnya. Defisit modal tersebut dinilai sejumlah analis sebagai hambatan serius yang harus segera diatasi jika Garuda ingin berfungsi normal dan mampu mengakses pendanaan eksternal.
Sebagai bagian dari restrukturisasi BUMN, Presiden Prabowo Subianto pada Maret lalu memerintahkan pengalihan 65% saham Garuda ke Danantara, sebuah entitas investasi milik negara yang kini bertanggung jawab atas arah bisnis maskapai nasional itu ke depan.
Langkah penyuntikan modal oleh Danantara dipandang sebagai opsi strategis untuk menyelamatkan Garuda dari krisis berkepanjangan dan memastikan kelangsungan layanan penerbangan nasional yang menjadi tulang punggung konektivitas antarwilayah di Indonesia. (***)