Di tengah lonjakan harga makanan dan biaya operasional, tren membeli makanan mendekati tanggal kedaluwarsa semakin populer di Korea Selatan. Tak hanya menguntungkan konsumen dengan harga diskon, tren ini juga memberikan solusi praktis bagi pedagang ritel untuk mengurangi limbah makanan.
Makanan Mendekati Kedaluwarsa Jadi Tren di Korea

Dilansir The Korea Times, platform daring Luckymeal menjadi pionir dalam tren ini. Melalui layanan tersebut, konsumen dapat memesan “kantong keberuntungan” berisi makanan acak yang hampir kedaluwarsa dari berbagai toko, mulai dari toko roti hingga gerai lauk pauk. Setelah memilih toko dan waktu pengambilan, pengguna akan mendapatkan konfirmasi apakah pemesanan dapat dilanjutkan sesuai jadwal atau batal karena stok habis.
“Sampah makanan meningkat setiap tahun di Korea. Mari bantu ciptakan Bumi yang lebih bersih dengan Luckymeal,” tulis pengantar di halaman aplikasi Luckymeal, dikutip Minggu (1/6/2025).
Menurut data dari Luckymeal, sejauh ini mereka telah membantu menyelamatkan sekitar 10.000 kantong makanan dan menghemat 2,5 ton karbon dioksida, sebagai bagian dari upaya pengurangan jejak karbon melalui pengurangan limbah makanan.
Kenaikan harga eceran makanan dan restoran selama setahun terakhir menjadi salah satu faktor utama di balik meningkatnya minat masyarakat terhadap makanan diskon ini. Dengan bahan baku dan biaya operasional yang terus meningkat, banyak konsumen mulai mencari alternatif yang lebih hemat tanpa mengorbankan kualitas.
“Produk-produk ini dijual dengan harga sangat rendah, rasanya seperti menerima hadiah,” ungkap seorang pengguna Luckymeal. Ia juga mengaku menikmati sensasi mencoba berbagai makanan baru dari isi tas keberuntungan yang ia pesan.
Tren ini tidak hanya mencerminkan kesadaran lingkungan yang meningkat, tetapi juga menunjukkan bagaimana inovasi digital mampu menjawab tantangan ekonomi sekaligus mendukung praktik konsumsi berkelanjutan. (***)