Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto menanggapi santai rencana Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi yang berencana mengirim anak-anak yang berperilaku nakal ke barak militer untuk mendapatkan pendidikan kedisiplinan. Menurutnya, hal tersebut tidak perlu menjadi polemik berlebihan, mengingat banyak negara maju yang bahkan menerapkan wajib militer secara menyeluruh bagi warga negaranya.
Panglima TNI Dukung Gagasan Pengiriman Anak Bandel ke Barak Militer

“Jangan terlalu berlebihan, ya. Ingat, di negara maju itu semuanya warga negaranya wajib militer. Anda berpikirnya seperti itu saja. Singapura, Korea, semua,” kata Jenderal Agus kepada wartawan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (30/4/2025).
Menurut Panglima, pendidikan semi-militer seperti ini bukanlah hal baru. Beberapa perusahaan dan institusi bahkan telah bekerja sama dengan TNI untuk memberikan pelatihan dasar kedisiplinan bagi para peserta didik atau karyawan barunya. Salah satunya adalah PT Bukit Asam, yang mengirimkan karyawan baru untuk mengikuti pendidikan di Resimen Induk Komando Daerah Militer (Rindam).
Artikel Terkait:

Gubernur Jabar Dedi Mulyadi Viral karena Pernah Main Sinetron
“Jadi di Rindam itu sudah ada kurikulumnya. Misalnya 10 hari, kurikulumnya seperti ini, materinya apa saja,” jelas Agus.
Lebih lanjut, Agus menjelaskan bahwa materi pelatihan di barak militer menekankan pada pembentukan karakter, disiplin, dan kerapihan. Kegiatan dimulai sejak pagi hari dengan rutinitas keagamaan, dilanjutkan dengan pengecekan kerapihan dan apel pagi.
“Kebanyakan disiplin bangun pagi. Bagaimana cara membersihkan tempat tidur. Sebelum itu biasanya ibadah bersama-sama sesuai agamanya masing-masing. Jadi dia memanfaatkan waktu dengan efektif dan efisien,” lanjutnya. “Jam 7 mungkin sudah apel, dicek kerapihannya, sepatunya disemir atau tidak. Seperti itu, lah,” pungkasnya.
Gagasan ini muncul sebagai salah satu upaya alternatif penanganan anak-anak yang dinilai sulit dibina melalui pendekatan konvensional. Namun wacana tersebut menuai pro dan kontra di tengah masyarakat, terutama terkait efektivitas dan pendekatan yang digunakan. (***)