Menu

Beranda/Relationship/Pernikahan Wage Pahing Tidak Dibolehkan, Ini Alasannya!

Pernikahan Wage Pahing Tidak Dibolehkan, Ini Alasannya!

(Diperbarui: 9 April 2025)
SW
Sandika Wijaya
Rusdimedia.com
solusi pernikahan wage pahing_11zon

Ngomongin soal jodoh emang nggak pernah habis, apalagi kalau udah nyangkut urusan solusi pernikahan wage pahing. Nah, kalau kamu atau pasanganmu punya weton wage dan pahing, artikel ini wajib kamu baca sampai tuntas. Karena di balik cinta yang membara, ternyata ada nilai-nilai budaya Jawa yang penuh makna dan… ehm, sedikit bikin merinding juga.

Apa Itu Weton? Bukan Cuma Tanggal Lahir Biasa!

Dalam budaya Jawa, weton bukan sekadar hari kelahiran. Ini adalah perpaduan hari dan pasaran Jawa yang diyakini punya pengaruh besar terhadap karakter, rezeki, jodoh, bahkan… nasib rumah tangga.

Weton itu ibarat kartu karakter dalam game. Kalau kamu lahir Wage dan pasanganmu Pahing, selamat! Kalian masuk kategori yang katanya rawan “tibo” alias jatuh—bukan jatuh cinta, tapi jatuh ke cobaan.

Wage Pahing: Arah Berlawanan, Neptu Nggak Akur

Kepercayaan Jawa Tentang Arah Keblat Weton

Menurut kepercayaan Jawa, tiap pasaran punya arah keblat. Wage di utara, Pahing di selatan. Kayak magnet, dua arah ini saling tarik tapi juga bisa bikin meledak kalau nggak hati-hati.

Untuk menyatukan dua arah ini, harus melewati pancer alias titik tengah. Nah, ini yang bikin hubungan Wage dan Pahing dipenuhi tantangan. Katanya sih, kalau nggak kuat batin, bisa “tibo” di tengah jalan.

Perbedaan Neptu: Ketidakseimbangan Energi yang Bikin Drama

Setiap weton punya neptu alias nilai numerik yang menentukan energi harinya. Wage cuma punya 4, sedangkan Pahing punya 9. Selisihnya? 5 poin, cuy! Itu selisih terbesar di antara semua kombinasi weton.

Bayangin aja kamu naik motor di jalan nanjak banget—itu rasanya buat nyatuin dua energi ini. Bukan berarti nggak bisa, tapi butuh bensin dobel, alias usaha lebih keras.

Kenapa Pernikahan Wage Pahing Dianggap Rawan?

Budaya Jawa menjunjung tinggi prinsip keseimbangan. Nah, Wage dan Pahing dianggap terlalu jomplang dari sisi energi dan arah. Banyak yang percaya hubungan ini rawan konflik, godaan, dan ujian berat.

Tapi bukan berarti kamu harus langsung mundur dari pelaminan. Ingat, cinta itu juga soal ikhtiar. Jadi kalau kamu terlanjur cinta mati, tenang… selalu ada jalan keluar. Kita masuk ke bagian serunya: solusi!

Solusi Pernikahan Wage Pahing ala Budaya Jawa

1. Gunakan Sarat Saranane: Bukan Jimat, Tapi Doa dan Niat

Dalam budaya Jawa, sebelum nikah biasanya ada ritual khusus, seperti selamatan atau doa bersama. Sarat saranane ini berfungsi buat menyeimbangkan energi dan minta perlindungan dari Yang Maha Kuasa.

Ini bukan mistis lho ya, tapi bentuk spiritualitas. Karena dalam budaya Jawa, menikah itu nggak cuma urusan dunia, tapi juga ruhani.

2. Lakukan Pitukon: Persembahan untuk Keseimbangan

Pitukon adalah persembahan khusus, biasanya berupa sesaji atau doa yang dilakukan oleh keluarga. Fungsinya untuk “menetralkan” ketidakseimbangan antara Wage dan Pahing.

Jenis pitukon bisa berbeda tergantung adat daerah. Tapi intinya sama: minta restu, hindari bilahi, dan cari slamet.

3. Konsultasi ke Sesepuh atau Ahli Weton

Kalau kamu masih ragu, coba deh ngobrol sama sesepuh kampung atau ahli weton. Mereka biasanya punya solusi yang disesuaikan sama kondisi kamu dan pasangan.

Serius, ini bukan kuno, tapi bagian dari budaya Jawa yang kaya dan filosofis. Kadang kita butuh bantuan orang yang paham buat dapat jalan tengah.

Fakta: Banyak Pasangan Wage Pahing Bahagia!

Meski banyak yang bilang kombinasi ini serem, kenyataannya banyak juga kok pasangan Wage-Pahing yang langgeng sampai kakek-nenek. Kuncinya? Komunikasi, pengertian, dan… jangan lupa ritual tadi.

“Saya dan suami beda weton, saya Wage dia Pahing. Tapi sampai sekarang kami baik-baik aja. Kami ikuti saran orang tua sebelum nikah, dan ternyata berhasil,” kata Bu Sulastri, 48 tahun, warga Yogyakarta.

Kesimpulan

Jadi, kalau kamu terjebak dalam dilema weton, jangan panik. Solusi pernikahan wage pahing itu ada, tinggal kamu mau ikhtiar atau nyerah. Yang penting, cinta jangan buta tradisi, tapi juga jangan dibutakan mitos.

Dalam kepercayaan Jawa, semua bisa diatasi dengan niat baik, doa, dan usaha. Ingat, budaya itu bukan untuk menakut-nakuti, tapi untuk mengingatkan dan membimbing.

Yuk, jadi generasi yang melek budaya dan cinta tanpa buta arah. Kalau cinta udah kuat, weton bukan penghalang, tapi tantangan yang bisa kamu taklukkan bareng pasangan!

Bagaimana reaksi Anda?

Tinggalkan Komentar