Timnas Indonesia harus menelan kekalahan telak 1-5 dari Australia dalam laga lanjutan Ronde 3 Kualifikasi Piala Dunia 2026 di Stadion Australia, Sydney, Kamis (20/3). Kekalahan ini memicu analisis dari berbagai pihak, termasuk mantan pemain Timnas Indonesia, Uston Nawawi, yang kini menjabat sebagai asisten pelatih Persebaya Surabaya. Menurut Uston, kelemahan utama Timnas terletak pada strategi high pressing dan ketidaksigapan dalam menghadapi situasi set piece.
Timnas Dibantai Australia 1-5: High Pressing dan Set Piece Jadi Kelemahan Utama

Pemain Timnas Indonesia Dean James berebut bola dengan pemain Timnas Australia Lewis Miller pada pertandingan Ronde 3 Kualifikasi Piala Dunia 2026 di Sydney Stadium,Sydney, Australia, Kamis (20/3/2025). Foto: Mark Baker/AP Photo
High Pressing yang Tidak Rapi
Uston Nawawi menyoroti kegagalan Timnas dalam menerapkan high pressing, yang justru membuka celah di lini pertahanan.
“Ketika kita melakukan high pressing, risikonya ada di daerah pertahanan kita, terutama saat lawan melakukan long passing ke belakang. Gol kedua Australia adalah contohnya, di mana high pressing kita gagal dan berujung pada gol,” ujar Uston saat diwawancarai oleh kumparan.
Gol kedua Australia tersebut dicetak oleh Nishan Velupillay, yang berhasil lolos dari jebakan offside dan melepaskan tembakan yang gagal dihalau kiper Maarten Paes. Uston menilai, struktur pertahanan Timnas tidak cukup rapi saat melakukan high pressing.
“Pemain depan yang melakukan pressing harus diimbangi dengan pergeseran yang rapat dari pemain belakang. Mereka harus siap menghadapi long passing lawan,” tegasnya.
Masalah Set Piece yang Fatal
Selain masalah high pressing, Uston juga menyoroti ketidaksigapan Timnas dalam menghadapi situasi set piece. Dua gol Australia tercipta dari situasi bola mati, yakni free kick dan corner kick.
“Kita kemasukan gol karena kesalahan dalam menghadapi set piece. Tidak ada man marking yang baik, dan itu sangat fatal,” ujar Uston.
Ia menambahkan, minimnya waktu latihan bersama sebelum pertandingan turut memengaruhi performa tim.
“Kurangnya waktu latihan membuat pemain tidak siap menghadapi situasi seperti ini. Terutama dalam menghadapi set piece, di mana kita tidak memiliki penjagaan yang ketat terhadap pemain lawan,” jelasnya.
Performaw Awal yang Menjanjikan
Meski kalah telak, Uston mengapresiasi performa Timnas di menit-menit awal pertandingan.
“Di 10-15 menit awal, kita bermain cukup bagus dan bahkan sempat mendapatkan penalti. Sayangnya, peluang itu tidak bisa dikonversi menjadi gol,” ujarnya.
Penalti yang didapat Timnas gagal dimanfaatkan dengan baik, dan hal itu menjadi momentum yang dimanfaatkan Australia untuk membalikkan keadaan.
Evaluasi untuk Laga Selanjutnya
Kekalahan ini menjadi pelajaran berharga bagi Timnas Indonesia dalam menghadapi laga-laga selanjutnya di Kualifikasi Piala Dunia 2026. Uston menekankan pentingnya perbaikan dalam strategi high pressing dan penanganan set piece.
“Kita harus lebih disiplin dalam menjaga struktur pertahanan dan lebih sigap dalam menghadapi bola mati. Tanpa perbaikan ini, akan sulit bersaing dengan tim-tim kuat seperti Australia,” pungkasnya.
Dengan hasil ini, Timnas Indonesia kini berada di posisi sulit dalam perjalanan menuju Piala Dunia 2026. Pelatih Shin Tae-yong dan skuad ‘Garuda’ diharapkan dapat segera melakukan evaluasi dan perbaikan untuk memastikan performa yang lebih baik di pertandingan selanjutnya. (***)