Kinerja sektor Industri Pengolahan di Indonesia pada kuartal I 2025 menunjukkan sinyal positif. Berdasarkan data terbaru yang dirilis oleh Bank Indonesia (BI), sektor ini masih berada dalam fase ekspansi, dengan Prompt Manufacturing Index (PMI) BI tercatat sebesar 51,67 persen. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya yang berada di level 51,58 persen.
Industri Pengolahan Tetap Ekspansi di Awal 2025, PMI BI Tembus 51,67 Persen

Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia Solikin M. Juhro dalam Taklimat Media, Rabu (26/3/2025). Foto: Ave Airiza/kumparan
“Indeks ini menunjukkan bahwa aktivitas industri pengolahan masih bertumbuh secara konsisten dan berkontribusi terhadap perekonomian nasional,” ujar Ramdan Denny Prakoso, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, dalam keterangan tertulis, Jumat (25/4).
Komponen Penunjang Ekspansi Semakin Kuat
BI menjelaskan bahwa mayoritas komponen pembentuk PMI berada dalam zona ekspansi. Komponen tersebut antara lain Volume Total Pesanan, Volume Produksi, Volume Persediaan Barang Jadi, serta Total Jumlah Tenaga Kerja. Hal ini mencerminkan bahwa permintaan pasar masih stabil dan kegiatan produksi berjalan secara aktif.
Kondisi ini turut memperkuat hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) BI yang mengindikasikan pertumbuhan kegiatan sektor industri pengolahan, dengan nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 0,67 persen.
Industri Makanan dan Minuman Jadi Penopang Utama
Berdasarkan kategori Sublapangan Usaha (Sub-LU), industri makanan dan minuman menjadi penyumbang terbesar terhadap indeks ekspansi di kuartal I 2025. Disusul oleh industri alat angkutan dan industri furnitur yang juga menunjukkan tren positif.
Kinerja apik sektor ini menjadi bukti bahwa konsumsi domestik masih cukup kuat dan mendorong peningkatan permintaan terhadap barang-barang konsumsi, termasuk makanan olahan dan produk manufaktur rumah tangga.
Proyeksi Kuartal II: Tren Ekspansi Berlanjut
Bank Indonesia memproyeksikan kinerja positif industri pengolahan akan terus berlanjut hingga kuartal II 2025. Hal ini tercermin dari prakiraan PMI BI yang naik menjadi 51,92 persen.
“Mayoritas komponen tetap berada dalam fase ekspansi. Volume Produksi diprediksi akan menjadi pendorong utama, disusul oleh Volume Total Pesanan dan Volume Persediaan Barang Jadi,” ungkap Denny.
Meski demikian, BI mencatat bahwa komponen Penerimaan Barang Pesanan Input masih berada dalam zona kontraksi. Namun, kondisinya diperkirakan membaik dibandingkan kuartal sebelumnya.
Sub-LU Kayu dan Logam Dasar Tunjukkan Kinerja Cemerlang
Dalam sub-sektor industri, ekspansi tertinggi diperkirakan terjadi pada Industri Kayu dan Produk Anyaman seperti rotan dan bambu, kemudian diikuti oleh Industri Pengolahan Tembakau dan Industri Logam Dasar. Ketiga sub-sektor ini menunjukkan daya saing dan permintaan yang kuat baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Analis ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Eko Listiyanto, menilai tren ini menunjukkan bahwa sektor manufaktur Indonesia mulai menunjukkan pemulihan stabil.
“Jika tren ini terus terjaga, maka akan memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, khususnya dalam menyerap tenaga kerja dan meningkatkan nilai tambah ekspor,” kata Eko.
Dorongan Kebijakan Perlu Dilanjutkan
Pemerintah dan otoritas keuangan dinilai perlu menjaga momentum ini dengan memperkuat kebijakan insentif fiskal dan kemudahan usaha, terutama bagi pelaku industri skala kecil dan menengah (IKM).
Bank Indonesia juga disebut perlu tetap menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, agar kegiatan produksi tidak terganggu oleh faktor eksternal seperti inflasi bahan baku atau fluktuasi nilai tukar. (***)