Pembiayaan layanan Buy Now Pay Later (BNPL) atau PayLater di Indonesia terus menunjukkan peningkatan signifikan, mencapai Rp 29,66 triliun pada Oktober 2024. Angka ini naik dari Rp 28,05 triliun pada September 2024, mencerminkan pertumbuhan penggunaan layanan ini di kalangan masyarakat.
Pembiayaan PayLater Tembus Rp 29,66 Triliun, Tren Belanja Online Jadi Pendorong Utama

#image_title
Fleksibilitas pembayaran dan kemudahan akses disebut sebagai faktor utama yang mendorong popularitas PayLater. Menurut perencana keuangan Mike Rini, minimnya persyaratan dan tidak adanya kebutuhan jaminan membuat layanan ini lebih menarik dibandingkan pinjaman konvensional.
“Kalau saya lihat dari perilaku belanja masyarakat, kemudahan akses, proses yang cepat, fleksibilitas pembayaran, serta minimnya persyaratan menjadi alasan utama PayLater semakin diminati. Terlebih, pinjaman ini tidak membutuhkan jaminan seperti pinjaman tradisional,” ujar Mike kepada awak media, Sabtu (14/12).
Artikel Terkait:

Pinjol Legal vs Ilegal, Bagaimana Cara Membedakannya? Cek Disini!
Tren Belanja Online Jadi Pemicu Utama
Selain itu, tren belanja online yang semakin populer turut memengaruhi lonjakan penggunaan PayLater. Platform e-commerce yang menawarkan promo menarik untuk pengguna PayLater menjadi salah satu daya tarik utama.
“Pemicu lain adalah tren belanja online yang terus meningkat. Banyak platform e-commerce menawarkan opsi PayLater dengan berbagai promo menarik, sehingga konsumen semakin tertarik menggunakan layanan ini,” tambah Mike.
Namun, Mike juga mengingatkan masyarakat untuk tetap berhati-hati dalam menggunakan layanan ini agar tidak terjebak dalam perilaku konsumtif yang berlebihan.
Kontribusi Perbankan dan Multifinance
Dari total pembiayaan PayLater Rp 29,66 triliun per Oktober 2024, kontribusi terbesar berasal dari perbankan, yakni sebesar Rp 21,25 triliun. Sementara itu, perusahaan pembiayaan atau multifinance menyumbang Rp 8,41 triliun.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, mengungkapkan bahwa baki debet kredit BNPL perbankan mencatat pertumbuhan 47,92 persen secara tahunan (yoy) pada Oktober 2024, mencapai Rp 21,25 triliun dengan total jumlah rekening 23,27 juta.
“Pertumbuhan baki debet kredit BNPL pada Oktober 2024 lebih tinggi dibandingkan September 2024 yang mencatat pertumbuhan sebesar 46,42 persen dengan total jumlah rekening 19,82 juta,” jelas Dian.
Pertumbuhan Pesat dan Risiko Konsumtif
Peningkatan ini menunjukkan bagaimana PayLater menjadi solusi pembiayaan yang kian populer di tengah tren digitalisasi dan belanja online. Namun, di sisi lain, lonjakan ini juga memunculkan tantangan baru, terutama dalam menjaga kesehatan keuangan masyarakat agar tetap terhindar dari jebakan utang yang tidak terkendali.
Dengan terus meningkatnya popularitas layanan ini, pemerintah dan otoritas keuangan diharapkan dapat memantau perkembangan ini secara ketat, memastikan pertumbuhan yang sehat dan bertanggung jawab di sektor pembiayaan digital. (***)