Spekulasi lama kembali mencuat ke permukaan setelah Reuters memberitakan rencana Grab untuk mengakuisisi saham GoTo dengan nilai fantastis, yakni sebesar USD7 miliar atau setara Rp115 triliun. Grab, perusahaan teknologi berbasis di Singapura, disebut-sebut tengah membidik pengambilalihan salah satu raksasa teknologi Indonesia tersebut.
Setelah TikTok Kuasai Tokopedia, Rumor GoTo Dibeli Grab Kian Kencang Berembus

Namun, kabar itu langsung ditepis pihak Grab yang menyatakan bahwa informasi tersebut masih bersifat spekulatif. Di internal GoTo, isu akuisisi ini pun dianggap sebagai “rumor lama bersemi kembali”, mengingat bukan pertama kalinya spekulasi serupa mencuat ke publik.
Sementara itu, nasib Tokopedia — anak perusahaan GoTo — kian memprihatinkan usai resmi diakuisisi oleh TikTok pada Februari 2024 lalu. Awalnya, penggabungan Tokopedia dan TikTok Shop digadang-gadang akan membawa sinergi positif. Namun kenyataannya, integrasi itu justru memicu gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) besar-besaran di Tokopedia pada pertengahan 2024.
Seorang karyawan GoTo mengungkapkan bahwa para pegawai Tokopedia yang tersisa kini hanya “menunggu waktu” untuk diberhentikan, karena tidak lagi memiliki peran jelas dalam operasional sehari-hari. Segala pembaruan sistem hingga pengelolaan aplikasi kini sepenuhnya dikendalikan oleh tim ByteDance, induk perusahaan TikTok.
Situasi serupa juga dirasakan oleh para penjual di platform Tokopedia. Mereka mengeluhkan pembatasan operasional, seperti tidak dapat menambah produk baru maupun membuka toko, akibat kewajiban untuk bermigrasi ke TikTok Shop. Banyak yang menduga, ini adalah langkah perlahan untuk “mematikan” Tokopedia dan sepenuhnya menggantikannya dengan TikTok Shop.
Padahal, dominasi TikTok Shop sempat menjadi kontroversi di Tanah Air. Mayoritas produk yang dijual di platform tersebut merupakan barang impor dari Tiongkok — mulai dari pakaian dalam hingga produk kecantikan dan peralatan dapur — sehingga dinilai mengancam eksistensi pelaku UMKM lokal.
Kondisi ini bertolak belakang dengan semangat kampanye Bangga Buatan Indonesia yang digaungkan oleh pemerintah melalui Kementerian Perdagangan sejak masa pandemi. Gerakan nasional tersebut bertujuan mendukung produksi dalam negeri, khususnya sektor UMKM. Namun kini, geliat kampanye itu seakan memudar di tengah gelombang dominasi platform digital asing dan kurangnya perlindungan terhadap pelaku usaha lokal.
Di tengah ketidakpastian arah masa depan GoTo dan Tokopedia, publik pun bertanya-tanya: apakah akuisisi oleh raksasa teknologi asing benar-benar memberi keuntungan jangka panjang, atau justru mengikis ekosistem digital lokal yang telah dibangun bertahun-tahun? (***)