Bursa saham Asia dan kontrak berjangka Wall Street melonjak pada Kamis (29/5/2025) setelah Pengadilan Perdagangan Internasional AS memblokir kebijakan tarif yang diberlakukan oleh Presiden Donald Trump. Keputusan ini juga mendorong penguatan dolar AS terhadap mata uang safe haven.
Putusan Pengadilan Perdagangan AS Dorong Pasar Saham Global Melonjak

Pengadilan yang berbasis di Manhattan ini menyatakan bahwa Trump telah melampaui wewenangnya dalam memberlakukan tarif secara menyeluruh terhadap impor dari negara-negara dengan surplus perdagangan dengan AS. Meskipun Gedung Putih segera mengajukan banding atas putusan tersebut dan siap membawanya hingga Mahkamah Agung jika diperlukan, keputusan ini memberikan harapan akan potensi penarikan kembali tingkat tarif tertinggi yang diancamkan oleh Trump.
Kyle Rodda, analis keuangan senior di Capital.com, menyoroti bahwa wewenang darurat yang digunakan Trump untuk menerapkan tarif telah lama dipertanyakan konstitusionalitasnya, mengingat wewenang penetapan tarif seharusnya berada di tangan Kongres.
“Jika pasar mendapatkan keinginannya, pengadilan dapat menunda dan kemudian menolak tarif-tarif ini, menghilangkan satu risiko besar dan tanpa ragu meningkatkan selera risiko,” ujar Rodda, dikutip dari Reuters.
Ia menambahkan bahwa putusan ini juga dapat mendorong mitra dagang AS untuk menunda negosiasi perdagangan yang sedang berlangsung dengan Gedung Putih sambil menunggu hasil kasus ini.
Paul Ashworth, ekonom utama Amerika Utara di Capital Economics, menyatakan bahwa putusan ini jelas akan mengacaukan upaya pemerintah untuk segera menandatangani kesepakatan perdagangan selama jeda 90 hari dari tarif yang kini dinyatakan ilegal.
“Negara lain akan menunggu dan melihat apakah pengadilan yang lebih tinggi bersedia membatalkan putusan ini,” tutur Ashworth.
Respons Pasar Global
Investor merespons positif dengan aksi beli saham. Indeks Nikkei 225 Jepang dengan cepat naik 1,7%, sementara indeks Kospi Korea Selatan melonjak 1,2% mencapai level tertinggi dalam sembilan bulan. Indeks saham MSCI Asia-Pasifik di luar Jepang naik 0,3%, dan indeks CSI 300 China menguat 0,5%.
Dampak positif juga terasa di pasar Eropa, dengan futures EUROSTOXX 50 naik 1,1%, futures FTSE naik 0,7%, dan futures DAX 0,9%. Di AS, kontrak berjangka S&P 500 naik 1,6%, dan kontrak berjangka Nasdaq naik 1,9%.
Kenaikan Nasdaq didukung oleh laporan keuangan NVIDIA yang melampaui perkiraan penjualan. Perusahaan chip dan favorit AI ini juga memproyeksikan pendapatan yang kuat untuk kuartal saat ini, mendorong sahamnya naik 4,4% setelah jam perdagangan. Berita baik dari NVIDIA ini membantu menyeimbangkan laporan Financial Times yang menyebutkan bahwa Gedung Putih memerintahkan perusahaan AS penyedia perangkat lunak desain semikonduktor untuk menghentikan penjualan layanan kepada kelompok Tiongkok. The New York Times secara terpisah juga melaporkan bahwa AS menangguhkan beberapa penjualan teknologi penting AS ke Tiongkok, termasuk yang terkait dengan mesin jet, semikonduktor, dan bahan kimia tertentu.
Dolar Menguat, Peluang Penurunan Suku Bunga The Fed Menipis
Putusan pengadilan tersebut juga berdampak pada mata uang safe haven tradisional. Dolar AS menguat 0,7% terhadap franc Swiss menjadi 0,8327. Dolar AS juga naik 0,7% terhadap yen Jepang menjadi 145,86 yen, sementara euro turun 0,4% menjadi US$1,1245.
Imbal hasil obligasi Treasury 10 tahun naik 3 basis poin menjadi 4,51%, dan pasar semakin mengurangi kemungkinan pemotongan suku bunga Federal Reserve (The Fed) dalam waktu dekat. Catatan rapat terakhir The Fed menunjukkan bahwa hampir semua peserta menyoroti risiko inflasi yang lebih persisten dari perkiraan akibat tarif yang diberlakukan oleh Trump. Kemungkinan pemotongan suku bunga pada Juli kini hanya 22%, sementara September kini mencapai sekitar 60%, setelah sebelumnya telah sepenuhnya diperhitungkan sebulan lalu.
Perkembangan Pasar Komoditas
Di pasar komoditas, harga emas turun 0,9% menjadi US$3.259 per ons. Sementara itu, harga minyak memperpanjang kenaikan yang dimulai karena kekhawatiran pasokan, menyusul kesepakatan OPEC+ untuk mempertahankan kebijakan produksi mereka dan larangan AS terhadap Chevron untuk mengekspor minyak mentah Venezuela. Harga minyak Brent naik 66 sen menjadi US$65,56 per barel, dan minyak mentah AS menguat 70 sen menjadi US$62,54 per barel. (***)