Menu

Beranda/Berita/Trump Diduga Gunakan AI untuk Hitung Kebijakan Tarif Baru, Gedung Putih Bantah

Trump Diduga Gunakan AI untuk Hitung Kebijakan Tarif Baru, Gedung Putih Bantah

(Diperbarui: 4 April 2025)
SW
Sandika Wijaya
Rusdimedia.com
Trump Diduga Gunakan AI untuk Hitung Kebijakan Tarif Baru Gedung Putih Bantah

Kebijakan tarif baru yang diumumkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Rabu (2/4) memicu spekulasi menarik: apakah angka-angka itu dihitung oleh kecerdasan buatan (AI)? Dua kebijakan tarif—universal 10% untuk 180 negara dan tarif resiprokal untuk 60 negara—ternyata memiliki pola perhitungan yang mirip dengan hasil chatbot AI seperti ChatGPT, Gemini, atau Grok.

Tarif Resiprokal: Hitungan Sederhana ala AI?

Saat mengumumkan tarif resiprokal, Trump memegang papan berisi dua kolom: tarif yang dikenakan negara lain ke AS dan tarif balasan AS yang nilainya separuh dari angka pertama. Namun, Trump tak pernah menjelaskan sumber data kolom pertama.

Ekonom James Surowiecki dari The Verge mencoba merekayasa ulang perhitungan tersebut. Hasilnya? Angka tarif Trump ternyata persis seperti rumus sederhana:

“Ambil defisit perdagangan suatu negara dengan AS, bagi dengan total ekspor mereka ke AS, lalu bagi dua. Jadilah tarif resiprokal!”
— James Surowiecki, dikutip dari The Verge.

Rumus ini ternyata sama dengan jawaban yang diberikan ChatGPT, Gemini, Claude, dan Grok ketika ditanya cara menyeimbangkan defisit perdagangan AS.

Gedung Putih Bantah, Tapi…

Gedung Putih membantah menggunakan AI dan mengklaim punya rumus sendiri. Namun, menurut Politico, rumus mereka hanya versi “dihias” dari metode Surowiecki.

Kenapa AI Jadi Tersangka?

  1. Waktu Singkat: Kebijakan ini harus cepat selesai, dan AI bisa menghitung dalam hitungan detik.
  2. Konsistensi Angka: Hasil chatbot sama persis dengan tarif Trump.
  3. Pengakuan Tidak Langsung: Trump kerap memuji efisiensi teknologi, termasuk AI.

Netizen Uji Coba, Hasilnya Mengejutkan!

Sejumlah pengguna X (Twitter) melaporkan bahwa ketika mereka menanyakan hal serupa ke chatbot, jawabannya mirip tarif Trump. The Verge juga mengonfirmasi:

“Kami tanya ke 4 chatbot, semua kasih rumus yang sama: defisit bagi ekspor, lalu bagi dua.”

Apa Artinya Ini?

Jika benar Trump pakai AI, ini jadi preseden baru:

  • Efisiensi vs. Transparansi: AI mempercepat proses, tapi sumber kebijakan jadi tidak jelas.
  • Risiko Kesalahan: AI bisa saja salah hitung jika datanya tidak akurat.
  • Politik Dagang “Instan”: Tarif sekompleks ini biasanya butuh analisis mendalam, bukan sekadar copy-paste dari chatbot.

Tanggapan Pemerintah & Pakar

  • Gedung Putih: “Kami punya metodologi sendiri, tidak menggunakan AI.”
  • Analis Kebijakan AS: “Jika benar, ini bukti AI mulai memengaruhi keputusan strategis—tapi harus hati-hati.”

Bagaimana kelanjutannya? Spekulasi ini mungkin tidak akan pernah diakui, tapi satu hal pasti: AI kini bukan cuma alat—tapi bisa jadi “penasihat” kebijakan!

Bagaimana reaksi Anda?

Tinggalkan Komentar