PSSI secara resmi mengumumkan penunjukan Simon Tahamata sebagai Kepala Pemandu Bakat (Head of Scouting) Sepak Bola Nasional. Keputusan ini diumumkan pada Kamis (22/5) sebagai bagian dari langkah strategis federasi dalam membangun kekuatan tim nasional jangka panjang, termasuk persiapan menghadapi Piala Dunia 2026.
PSSI Resmi Tunjuk Simon Tahamata sebagai Kepala Pemandu Bakat Sepak Bola Nasional

Simon Tahamata akan memegang tanggung jawab penting dalam mengidentifikasi dan merekrut talenta muda potensial, baik dari dalam negeri maupun dari diaspora Indonesia di luar negeri, khususnya di Belanda. Penunjukannya merupakan langkah nyata PSSI dalam membangun sistem pencarian bakat yang lebih sistematis dan modern.
Ketua Umum PSSI Erick Thohir menyambut positif kedatangan Tahamata dalam jajaran kepengurusan PSSI.
“Kami sangat antusias menyambut Simon Tahamata dalam keluarga besar PSSI. Pengalaman dan keahliannya dalam pengembangan pemain muda akan menjadi aset berharga dalam perjalanan kami menuju panggung dunia,” ujar Erick.
Tahamata akan bekerja sama dengan sejumlah tokoh sepak bola internasional dan nasional, termasuk pelatih Patrick Kluivert, Gerald Vanenburg, dan Nova Arianto. Kolaborasi ini diharapkan akan mempercepat kemajuan Timnas Indonesia baik dari sisi teknis maupun pembinaan usia muda.
Dalam pernyataan singkatnya, Simon Tahamata menyampaikan rasa terima kasih dan antusiasmenya terhadap penunjukan ini.
“Pertama, terima kasih atas semua pesan yang baik yang saya terima. Saya menantikan bekerja bersama coach Patrick Kluivert dan staf teknis lainnya di Indonesia,” ujar pria kelahiran Vught, Belanda, itu.
Sosok Berpengalaman dan Berdarah Indonesia
Simon Melkianus Tahamata lahir pada 26 Mei 1956 di Vught, Belanda, dari keluarga berdarah Maluku. Ia memiliki karier gemilang baik sebagai pemain maupun pelatih. Selama periode 1979 hingga 1986, ia tampil sebanyak 22 kali membela Timnas Belanda dan mencetak dua gol. Debutnya bersama timnas terjadi pada 22 Mei 1979 saat melawan Argentina dalam laga ulang tahun FIFA ke-75 di Bern, Swiss.
Di level klub, Tahamata mencatatkan namanya sebagai bagian dari skuat legendaris Ajax Amsterdam. Ia ikut membawa Ajax menjuarai Liga Belanda pada musim 1976/1977, 1978/1979, dan 1979/1980, serta meraih trofi Piala KNVB musim 1978/1979. Salah satu pencapaian tertingginya adalah saat Ajax menembus semifinal Piala Eropa I pada musim 1979/1980.
Selain Ajax, ia juga membela klub-klub ternama lainnya seperti Standard Liege (Belgia), Feyenoord (Belanda), Beerschot (Belgia), dan Germinal Ekeren (Belgia) sepanjang karier profesionalnya sebagai winger.
Rekam Jejak Kepelatihan yang Kuat
Usai pensiun sebagai pemain, Tahamata melanjutkan karier sebagai pelatih akademi. Ia telah melatih tim usia muda di berbagai klub ternama, termasuk Ajax Amsterdam, Standard Liege, Germinal Beerschot, dan Al Ahli Arab Saudi. Sejak 2014 hingga awal 2024, Tahamata aktif sebagai pelatih akademi di Ajax Amsterdam, klub yang menjadi awal dan akhir karier kepelatihannya di Eropa.
Ia juga mendirikan Simon Tahamata Soccer Academy, lembaga yang fokus pada pembinaan teknik dasar dan karakter pemain muda.
Tiba di Indonesia Akhir Mei
Simon Tahamata dijadwalkan tiba di Indonesia pada akhir Mei 2025 untuk segera memulai tugas barunya. Dengan kombinasi pengalaman internasional dan akar budaya Indonesia yang kuat, ia diharapkan mampu menjadi jembatan antara talenta diaspora dan kebutuhan Timnas Indonesia.
Penunjukan ini memperlihatkan keseriusan PSSI dalam membangun ekosistem sepak bola nasional yang berbasis pada pengembangan jangka panjang. Dengan kehadiran sosok seperti Tahamata, harapan terhadap kebangkitan sepak bola Indonesia menuju Piala Dunia 2026 semakin terbuka lebar. (***)