Masalah pengelolaan sampah kini menjadi isu mendesak di berbagai daerah, termasuk di Sumatera Utara. Seiring meningkatnya aktivitas ekonomi dan pertumbuhan penduduk, volume sampah pun melonjak tajam. Tidak sedikit kawasan yang kewalahan menghadapi tumpukan limbah, terutama di daerah perkotaan. Namun, Dinas Lingkungan Hidup Sumatera Utara (DLH Sumut) terus berupaya mencari solusi nyata agar masalah ini bisa ditangani secara berkelanjutan.
Menurut Kepala DLH Sumut, pengelolaan sampah bukan hanya soal kebersihan, tetapi juga bagian penting dari tata kelola lingkungan yang berdampak langsung pada kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Artikel ini akan membahas bagaimana strategi, inovasi, dan keterlibatan masyarakat dapat menjadi kunci utama menuju Sumatera Utara yang lebih bersih dan hijau.
Kondisi Terkini Pengelolaan Sampah di Sumatera Utara
Data terbaru menunjukkan bahwa wilayah Sumatera Utara menghasilkan lebih dari 6.000 ton sampah setiap harinya. Angka ini diperkirakan terus meningkat setiap tahun. Dari jumlah itu, sekitar 60% merupakan sampah organik, sedangkan sisanya berupa sampah anorganik seperti plastik, logam, dan kaca.
Kepala DLH Sumut, Ir. Budi Santoso, menjelaskan bahwa tantangan terbesar saat ini adalah rendahnya kesadaran masyarakat untuk memilah sampah sejak dari rumah. “Sebagian besar masyarakat masih menganggap sampah adalah urusan petugas kebersihan, bukan tanggung jawab bersama. Padahal, pengelolaan sampah dimulai dari perubahan perilaku,” ujarnya.
Masalah lainnya adalah keterbatasan infrastruktur. Banyak Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Sumatera Utara yang sudah melebihi kapasitas. Akibatnya, sebagian sampah menumpuk di pinggir jalan atau dibuang ke sungai, yang berujung pada pencemaran air dan tanah.
Strategi DLH Sumut dalam Pengelolaan Sampah Berkelanjutan
Untuk mengatasi persoalan tersebut, Dinas Lingkungan Hidup Sumatera Utara menerapkan strategi terpadu berbasis partisipasi masyarakat dan teknologi.
1. Penerapan Prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle)
DLH Sumut secara aktif mendorong masyarakat untuk menerapkan konsep 3R dalam kehidupan sehari-hari. Melalui kampanye edukatif di sekolah, kantor, dan pasar tradisional, masyarakat diajak untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, menggunakan kembali barang layak pakai, serta mendaur ulang limbah rumah tangga.
2. Penguatan Bank Sampah dan Komunitas Lingkungan
Salah satu terobosan DLH Sumut adalah memperkuat jaringan bank sampah di berbagai kota dan kabupaten. Program ini memberi manfaat ganda: mengurangi volume sampah sekaligus menambah pendapatan masyarakat. “Kami ingin masyarakat melihat sampah bukan sebagai limbah, tapi sebagai sumber ekonomi,” kata Budi Santoso.
3. Pengembangan Teknologi Pengelolaan Sampah Modern
DLH juga menggandeng pihak swasta dan universitas untuk mengembangkan teknologi waste-to-energy yang dapat mengubah sampah menjadi sumber energi listrik. Pilot project sedang berjalan di Medan dan Binjai. Menurut hasil uji coba awal, satu ton sampah dapat menghasilkan sekitar 500 kWh listrik—cukup untuk memenuhi kebutuhan energi 30 rumah tangga.
Tantangan dan Hambatan di Lapangan
Meskipun berbagai program telah dijalankan, pengelolaan sampah di Sumatera Utara masih menghadapi sejumlah hambatan besar.
1. Minimnya Kesadaran Publik
Banyak masyarakat yang belum terbiasa memilah sampah, bahkan masih membakar limbah rumah tangga yang menyebabkan polusi udara. Edukasi berkelanjutan sangat dibutuhkan agar kesadaran ini tumbuh dari tingkat keluarga.
2. Keterbatasan Infrastruktur
Masih banyak TPA yang menggunakan sistem open dumping, yaitu pembuangan sampah tanpa pengolahan. Sistem ini tidak hanya menimbulkan bau tak sedap, tetapi juga berpotensi mencemari air tanah dan memicu penyakit.
3. Keterbatasan Anggaran Daerah
Pengelolaan sampah membutuhkan biaya tinggi, mulai dari transportasi, pengolahan, hingga pemeliharaan alat berat di TPA. Menurut data DLH, alokasi anggaran lingkungan hidup masih kurang dari 2% dari total APBD provinsi.
Inovasi dan Kolaborasi sebagai Solusi
Untuk menjawab tantangan tersebut, DLH Sumut tidak bekerja sendiri. Mereka menggandeng sektor swasta, akademisi, dan komunitas lokal dalam membangun sistem ekonomi sirkular berbasis sampah.
Sebagai contoh, beberapa startup lokal telah menciptakan aplikasi digital yang menghubungkan masyarakat dengan bank sampah terdekat. Dengan sistem ini, warga bisa menukar sampah plastik dengan poin yang bisa ditukar dengan kebutuhan rumah tangga. Inovasi seperti ini menunjukkan bahwa pengelolaan sampah bisa berjalan sejalan dengan kemajuan teknologi.
Selain itu, perguruan tinggi di Sumatera Utara juga turut berkontribusi melalui riset pengelolaan limbah organik menjadi pupuk cair. Hasilnya cukup menggembirakan dan sudah diuji di beberapa daerah pertanian.
Peran Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah
Tak dapat dimungkiri, keberhasilan sistem pengelolaan sampah sangat bergantung pada partisipasi masyarakat. DLH Sumut mendorong warga untuk berperan aktif dengan cara-cara sederhana:
- Memilah sampah organik dan anorganik sejak dari rumah.
- Mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.
- Bergabung dalam komunitas atau bank sampah di lingkungan sekitar.
- Mendukung produk ramah lingkungan.
“Kesadaran individu adalah kunci utama. Tanpa keterlibatan masyarakat, sebaik apa pun sistem yang dibangun, hasilnya tidak akan maksimal,” tegas Kepala DLH Sumut.
Manfaat Langsung dari Pengelolaan Sampah yang Baik
Ketika pengelolaan sampah berjalan efektif, manfaatnya bisa dirasakan secara nyata:
- Lingkungan Lebih Bersih dan Sehat – Udara bersih, sungai bebas sampah, dan risiko penyakit menurun.
- Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat – Melalui program daur ulang dan bank sampah, masyarakat bisa mendapatkan tambahan penghasilan.
- Penghematan Anggaran Pemerintah – Semakin sedikit sampah yang dibuang ke TPA, semakin ringan beban biaya pengelolaan.
- Daya Tarik Wisata Meningkat – Lingkungan yang bersih menarik wisatawan dan mendorong ekonomi lokal.
Visi DLH Sumut Menuju 2030
Dalam Rencana Induk Pengelolaan Sampah Sumatera Utara 2030, pemerintah daerah menargetkan pengurangan timbulan sampah hingga 70%. Untuk mencapainya, fokus utama diarahkan pada digitalisasi sistem pengelolaan, edukasi lingkungan di sekolah, serta kemitraan strategis antara pemerintah dan dunia usaha.
Sebagai penulis dan pemerhati lingkungan, saya menilai langkah DLH Sumut ini patut diapresiasi. Namun, komitmen harus diikuti dengan konsistensi. Program yang baik tidak akan bertahan lama tanpa pengawasan dan dukungan publik yang berkelanjutan.
Kesimpulan
Pengelolaan sampah bukan hanya soal membuang, tetapi tentang bagaimana kita memperlakukan bumi tempat kita hidup. Dinas Lingkungan Hidup Sumatera Utara telah menunjukkan komitmen kuat melalui berbagai program, meski tantangan masih besar. Dengan kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, Sumatera Utara berpotensi menjadi contoh daerah dengan sistem pengelolaan sampah berkelanjutan di Indonesia.
Sekarang saatnya kita beraksi. Karena perubahan besar selalu dimulai dari langkah kecil, bahkan dari tong sampah di rumah kita sendiri.
Sumber: https://dlhsumut.org/








